Terdengar suara gaduh di samping bangunan ini, mulai suara meja yang di geser menimbulkan bunyi yang memekakkan telinga hingga suara kaca pecah. Bintang tak tahu apa yang terjadi di luar bangunan itu. Hanya terlihat orang-orang berlalu lalang membawa kardus berkuran besar. Mereka seakan merasa terbebani dengan kardus itu. Bintang memutuskan untuk keluar dari ruangannya, ternyata temannya pergi menignggalkannya seorang, secara reflek Bintang menuju ruangannya kembali. Terdiam, dan hanya bisa membisu.
“Tok tok ”.
Terdengar suara pintu diketuk dan diiringi suara menyebut nama Bintang.
BIntang membuka pintu itu, dan terlihat sesosok perempuan dengan wajah yang bingung menatapnya. Sebut saja dya Sekar. Bintang tahu apa yang akan dia katakan padanya dan hanya ada kebisuan di antara mereka. Secara reflek Sekar mengulurkan tangannya, seakan Bintang tak mengerti apa yang Sekar lakukan. Bintang hanya bisa menggelengkan kepala, dan Sekar pun memaksa Bintang untuk menjabat tangannya yang mungil. Tak terjadi apa-apa, tak ada percakapan antara mereka. Terlihat Sekar merasa canggung untuk bilang pada Bintang tentang hal yang menyulitkan itu.
Pagi itu adalah pagi yang menyakitkan bagi mereka berdua, seakan tak ada waktu untuk bertemu. Sekar berusaha merilekskan diri, menghembuskan nafas dengan teratur di depan Bintang. Dan hanya berkata “Bintang, maafin semua salahku selama ini, aku pergi dulu”. Hanya itu saja katanya, bergetar suaranya saat mengucapkan itu, hati Bintang pun tak dapat tenang lagi dan hanya bisa membalas “Sama-sama”, dengan senyuman yang dipaksakan agar terlihat natural. Hati Bintang berdesir tak rela temannya pergi, meninggalkan bintang sendiri dengan segala kegalauan yang dya rasakan selama ini. Kenapa tak dari dulu Sekar menceritakan padaku atau tak usah cerita sama sekali agar aku tenang di tinggalnya sendiri di ruang yang mencekam ini, suara hati Bintang protes akan keprgian temannya itu. Hal yang paling menyakitkan adalah bintang orang terakhir yang tahu tentang ini semua, padahal baru kemarin bintang ditinggal pergi oleh salah satu temannya dan sekarang hal itu terulang kembali. Sungguh pedih yang dya rasa, melawan semua kegetiran ini sendirian. Melewati malam-malam yang mencekam sendiri, merasakan hembusan angin yang membuat bulu kuduk sendirian. Tak tahu Bintang akan kuat menahan ini sendirian atau Bintang harus melarikan diri dari ini semua. Semua terasa menyedihkan dan menyakitkan. Bintang akan merasakan kesepian-kesepian itu lagi di tengahnya hiruk pikuk kota. Bintang menangis dalam senyumnya, merasakan ini tidak adil baginya dan semua terasa menyakitkan.
“Tak usah kau tangisi kepergiannya, perpisahan ini mungkin adalah jawaban dari semua pertemuan dan kau akan mengerti makna setiap pertemuan. ”
0 komentar:
Posting Komentar